Gorengan, Si Pemicu Kanker
Notice: Trying to access array offset on value of type null in /home/wwwaskja/public_html/wp-content/plugins/really-simple-facebook-twitter-share-buttons/really-simple-facebook-twitter-share-buttons.php on line 318
Rasio angka penderita kanker di Indonesia saat ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang ada di negeri Cina yang memiliki populasi penduduk berkali-kali lipat dibandingkan Indonesia. Pemicu utamanya tidak lain adalah karena:
Dari kerupuk, pisang goreng, singkong goreng, tempe goreng, ayam goreng, kacang goreng, mie goreng, nugget goreng, dan junk food serta makanan yang rata-rata melalui proses penggorengan merupakan makanan favorit masyarakat Indonesia.
Sangat banyak penelitian menemukan bahwa senyawa bernama Akrilamida, zat karsinogen pemicu kanker, terbentuk pada makanan yang dipanaskan secara berlebih. Begitu juga dengan makanan yang kaya akan karbohidrat seperti kentang, singkong, ubi, pisang, nasi, jika digoreng akan terurai kemudian bereaksi dengan asam amino dan menghasilkan senyawa karsinogenik, senyawa ini juga terkandung pada makanan yang dipanggang sampai hangus.
Sedangkan untuk makanan mentah, direbus, atau dikukus tidak mengalami reaksi yang serupa, kalaupun tetap mengandung karsinogenik, kadarnya sangat kecil dan aman untuk dikonsumsi.
Senyawa akrilamida dapat menimbulkan tumor, kanker, merusak DNA, merusak syaraf, mengganggu tingkat kesuburan, dan dapat mengakibatkan keguguran. Untuk meminimalisir risiko tersebut tentunya menghindari makanan yang digoreng, tetapi bukan berarti sama sekali tidak boleh mengkonsumsinya.
Salah satu cara yang lebih sehat dalam mengkonsumsi gorengan adalah dengan menggoreng sendiri makanan tersebut. Dengan menggoreng sendiri, kita dapat menggunakan minyak baru dan lebih baik seperti coconut oil serta dapat mengatur suhu penggorengan agar tidak terlalu panas. Kemudian mengangkat hasil gorengan saat matangnya sedang atau sebelum terlalu coklat apalagi gosong.
Semakin rendah suhunya maka semakin sedikit senyaway akrilamida yang terbentuk. Selain itu, suhu minyak goreng yang dipanaskan terlalu tinggi akan teroksidasi dan terpolimerisasi, yang kemudian menghasilkan zat-zat radikal bebas (karsinogenik) dan terbentuknya lemak trans.
Minyak goreng yang berubah menjadi minyak trans ditandai dengan keluarnya asap dari penggorengan, berubah warna menjadi lebih gelap, berbau tengik atau menyengat, lebih kental, serta menyebabkan gatal dan iritasi tenggorokan.
Kebiasaan penjual gorengan adalah menggunakan minyak yang sangat banyak dengan suhu yang sangat panas, Minyaknya pun dipakai berulang-ulang sampai berwarna hitam (teroksidasi), tujuannya adalah agar didapatkan hasil gorengan yang renyah dan kering.
Dengan mengetahui informasi di atas, ada baiknya apabila Anda memulai untuk mengurangi atau membatasi asupan gorengan yang akan dimakan. Saya sarankan untuk meningkatkan porsi sayuran, buah-buahan yang mengandung antioksidan dan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat agar resiko dari terkena penyakit yang merugikan dapat diminimalisir.
Semoga bermanfaat,
– Jansen