Diet Mayo versi Indonesia


Notice: Trying to access array offset on value of type null in /home/wwwaskja/public_html/wp-content/plugins/really-simple-facebook-twitter-share-buttons/really-simple-facebook-twitter-share-buttons.php on line 318

No-More-Diet

Artikel ini dikutip dari Ulasan Khas saya tentang Diet Mayo untuk Detik Healthhttp://health.detik.com/ulasankhas/2823

Setelah kita disuguhi berbagai metode diet tidak sehat, kini ada lagi metode diet yang banyak diterapkan di kalangan masyarakat yakni ‘Diet Mayo’.

Diet ini sendiri awalnya diadaptasi dari salah satu klinik di Amerika Serikat, Mayo Clinic. Selama bertahun-tahun klinik ini melakukan riset mengenai pola makan sehat yang sebaiknya diterapkan oleh manusia.

Dari hasil riset tersebut kemudian dikemukakan bahwa dalam metode diet mayo ala Mayo Clinic ini secara garis besar diet memiliki dua pola program yang harus dijalani oleh seseorang: yakni menjalani 5 kebiasaan baik (good habits) dan meninggalkan 5 kebiasaan buruk (bad habits). Diet Mayo yang disebut-sebut sebagai salah satu jenis diet populer di Amerika Serikat, memiliki prinsip yang baik dari sisi nutrisi, dan seperti apa sebenarnya metode diet ini?

“Prinsipnya bagus, kalau ada orang yang bertanya ini merupakan salah satu diet yang saya sarankan. Kuncinya menghilangkan 5 kebiasaan buruk (bad habits) dan menggantikannya dengan 5 kebiasaan baik (good habits),” ujar ahli gizi Jansen Ongko, Msc, RD.

Prinsip 5 kebiasaan baik tersebut di antaranya memperbanyak makan buah dan sayuran; selalu sarapan dengan menu sehat; membiasakan diri mengonsumsi grains atau serealia; membiasakan diri mengonsumsi lemak sehat; serta olahraga minimal 30 menit setiap hari.

Disebutkan Jansen, serealia yang dimaksud bisa berupa beras merah, gandum, dan roti gandum, serta biji-bijian berupa wijen, flax seed, dan chia seed. Sementara lemak sehat di antaranya kacang-kacangan, alpukat, dan ikan salmon.

 

Nah, 5 kebiasaan baik ini sebaiknya tetap diterapkan dan jangan lupa hindari 5 kebiasaan buruk lain. Apa saja?

“Kebiasaan buruk ini di antaranya makan bergula, makan snack atau camilan selain buah atau sayur, makan sambil melakukan aktivitas lain misalnya nonton TV atau main ponsel, makan terlalu banyak daging dan makan ke restoran. Yang terakhir itu jadi mereka menyarankan tidak makan ke restoran yang menunya tidak mereka sarankan,” demikian ditegaskan oleh Jansen.

Makan daging sebagai sumber protein sebenarnya memang baik, namun Jansen menjelaskan bahwa konsumsi asupan ini terlalu banyak porsinya juga tetap tak sehat.

“Misalnya sedang makan ‘all you can eat’ lalu makan daging banyak-banyak. Daging itu sebenarnya bagus asal diolah dengan benar dan dimakan dalam porsi yang tepat. Kalau dikonsumsinya berlebihan ya tidak bagus juga menurut Mayo Clinic. Terus misalnya kacang itu sehat, tapi kan tidak serta-merta kalau makan harus dua atau tiga toples,” imbuh Jansen.

 

Penerapan Diet Mayo di Indonesia Melenceng dari Versi Aslinya!

Sayangnya meskipun tengah naik daun dan mulai populer di Indonesia, penerapan Diet Mayo di sini justru ‘melenceng’ dari pola program tersebut.

Menurut Jansen, Diet Mayo yang tengah populer di kalangan masyarakat saat ini memiliki versi yang berbeda dengan definisi dan prinsip diet mayo sebenarnya dari Mayo Clinic. Oleh sebab itu, perlu diluruskan mengenai Diet Mayo yang sebenarnya sesuai dengan acuan Mayo Clinic.

“Diet mayo dari Mayo Clinic ini beda dengan diet mayo yang di Indonesia. Versinya itu berbeda. Jadi ada kerancuan, yang kebanyakan orang kira itu diet mayo dari Mayo Clinic, padahal isi dalamnya beda sekali. Beda banget,” tegas Jansen sekali lagi.

Jika Mayo Clinic memopulerkan Diet Mayo dengan prinsip menerapkan 5 kebiasaan baik dan menghilangkan 5 kebiasaan buruk, maka seperti apa prinsip diet tersebut diterjemahkan di Indonesia?

“Di Indonesia itu prinsipnya menghindari minum es dan menghilangkan yang namanya garam atau makanan asin sebisa mungkin dalam 13 hari,” kata Jansen.

no salt

Meskipun demikian, Jansen sendiri masih belum mengetahui secara pasti mengapa metode ini berprinsip hanya dilakukan pada jeda waktu sekitar 13 hari. Selain itu, diet ini juga mengharuskan penggunanya untuk mengulang ke hari pertama diet jika dalam 13 hari tersebut ‘kecolongan’ melanggar aturan dietnya.

“Jadi whenever you break the rules, taruh misalnya di hari ke-11, you have to start from day one. Kalau di bukunya sih sebenarnya dia mengatakan dalam dua pekan akan ada penurunan berat badan. Jadi yang ada adalah dalam dua pekan pertama, Anda akan mengalami penurunan berat berat badan dengan menjalankan 5 kebiasaan baik dan menghilangkan 5 kebiasaan buruk tadi,” terangnya.

Selain itu dalam buku sumber asli Diet Mayo tersebut tidak jelas disebutkan untuk menghilangkan asupan garam. Nutrisionis ini pun mengaku bingung mengapa Diet Mayo yang populer di Indonesia justru memiliki prinsip seperti itu.

Hal ini menurut Jansen terjadi karena masyarakat Indonesia mengandalkan informasi di internet namun tidak melakukan klarifikasi pada narasumber yang terpercaya, yang dalam hal ini adalah ahli gizi.

“Jadi kalau ada yang bilang diet ini oke, semuanya ikut. Di Indonesia ini sudah terjadi mispersepsi terhadap Diet Mayo versi aslinya,” tutur Jansen.

Tapi sebenarnya apapun dietnya, lanjut Jansen, kalau sampai orang peduli terhadap apa yang ia makan sudah pasti akan meningkat status kesehatannya, tak serta-merta harus ikut satu jenis diet tertentu saja.

 

Meski Melenceng Mengapa Tetap Ada Efeknya?

Prinsip Diet Mayo versi Mayo Clinic, AS, memang berbeda dengan prinsip Diet Mayo yang tengah populer di Indonesia. Jika demikian, lantas mengapa sebagian pengguna diet ini di Indonesia justru juga bisa sukses mengalami penurunan berat badan?

Menurut Jansen, komposisi tubuh manusia paling banyak terdiri atas air. Bisa dibilang kadarnya bahkan mencapai 55-75 persen. Nah, tentu akan ada bobot yang hilang jika seseorang menghilangkan asupan garam.

“Garam memiliki efek osmosis, menahan air di tubuh. Jadi yang hilang itu bukan berat tubuh. Dalam 2 pekan itu yang hilang cuma kadar persentasi airnya saja. Yang ‘dimainkan’ cuma kadar airnya saja, lemak tubuhnya tetap segitu-segitu saja,” demikian Jansen menerangkan secara detil mengenai efek tersebut.

Menurut Jansen, kebiasaan seperti ini bisa dibilang bahaya, apalagi jika dilihat bahwa diet ini dipandang sebagai solusi terhadap sesuatu. Misalnya solusi untuk menurunkan berat badan pada waktu itu saja.

Misalnya ketika orang tersebut merasa berat badannya sudah normal dan tak perlu membatasi makan lagi. Porsi dan pola makannya bisa saja menjadi berlebihan dan membuat bobotnya kembali naik.

“Kalau kita sebagai ahli gizi itu akan membuat bahwa kalau tidak ‘on diet’, maka tidak bisa kurus. Dari sisi psikologis kan ada yang merasa ‘on diet’ dan ‘off diet’, jadi diet itu seperti solusi. Padahal yang namanya diet itu kan pola makan, bukan solusi ‘Duh harus diet nih’,” pungkas Jansen.

Kondisi seperti ini menurut Jansen berisiko membuat seseorang mengalami eating disorder. Tak kalah penting, mengurangi asupan garam menurut Jansen juga bisa menimbulkan dehidrasi lho.

“Dehidrasi tidak hanya kurang minum saja, ketidakseimbangan elektrolit juga jadi dehirasi. Itulah mengapa atlet pelari setelah lari berjam-jam butuh minuman elektrolit. Elektrolit itu ya sodium,” terangnya.

 

Melanggar pantangan di Hari Ke-11, Harus Diulang dari Awal Lagi?

Diet Mayo mengharuskan penggunanya makan tanpa garam dan es dalam waktu 13 hari. Nah, jika dalam waktu 13 hari tersebut mereka tak sengaja melanggar aturan tersebut, mereka harus mengulang dari hari pertama lagi.

Bagaimana dengan Diet Mayo versi Mayo Clinic? Menurut Jansen, pada dalam buku The Mayo Clinic Diet tidak disebutkan aturan mengenai pengulangan ke hari pertama jika ‘kecolongan’.

Ini karena pola makan yang diterapkan oleh Mayo Clinic memang tidak sekadar untuk jangka pendek saja, melainkan untuk dilakukan dalam jangka panjang. Mereka yang menerapkan Diet Mayo ini berarti mengubah kebiasaan hidup mereka dalam jangka panjang. Aturan khususnya, mereka hanya diminta untuk menjalani 5 kebiasaan baik (good habits) dan meninggalkan 5 kebiasaan buruk (bad habits).

Meskipun demikian, Jansen sendiri masih belum mengetahui secara pasti mengapa diet ini di Indonesia berprinsip hanya dilakukan pada jeda waktu sekitar 13 hari. Selain itu, diet ini juga mengharuskan penggunanya untuk mengulang ke hari pertama diet jika dalam 13 hari tersebut ‘kecolongan’ melanggar aturan dietnya.

“Jadi whenever you break the rules, taruh misalnya di hari ke-11, you have to start from day one. Kalau di bukunya sih sebenarnya dia mengatakan dalam dua pekan akan ada penurunan berat badan. Jadi yang ada adalah dalam dua pekan pertama, Anda akan mengalami penurunan berat berat badan dengan menjalankan 5 kebiasaan baik dan menghilangkan 5 kebiasaan buruk tadi,” terang Jansen.

“Tidak ada istilah yang katanya kalau ‘kecolongan’ maka kamu harus start dari awal. Kalau memang kecolongan ya tidak apa-apa, kan besoknya masih melakukan kebiasaan yang sama,” lanjut Jansen.

 

Tentang Larangan Minum Es

“Air es bisa bikin obesitas itu bagaimana caranya, dia nggak ada kalorinya. Tapi saya rasa kenapa es di Indonesia bikin gemuk adalah karena semua es itu pasti enak dan manis,” ujar Jansen.

no-ice

Ya, menu-menu minuman yang menggunakan es dilanjutkan Jansen seringkali berupa jajanan yang manis dan menggunakan bahan tambahan lain cukup banyak seperti gula dan sirup. Bahan tambahan inilah yang sebenarnya membuat gemuk, bukan esnya itu sendiri.

“Faktanya dibandingkan air hangat dan air biasa, air es itu justru membakar kalori lebih banyak. Secara science, minum air dingin justru membakar kalori lebih banyak. Ini karena tubuh memiliki suhu tersendiri, kalau minum air dengan suhu yang lebih rendah tentu akan disesuaikan dengan kalor. Jadi justru minum air es membakar kalori lebih banyak,” papar Jansen.

Sebaliknya, masyarakat justru menyalahkan es sebagai penyebab kegemukan. Sehingga dalam beberapa jenis diet penurunan badan, konsumsi es justru dilarang.

“Katanya jangan minum es teh nanti gemuk, esnya yang disalahkan padahal gulanya yang segambreng. Saya jelaskan, bukan esnya yang salah tapi minuman setelahnya itu, misalnya es campur. Sirup dan susu kental manisnya kadang ditambah, tapi esnya yang disalahkan. Itu yang membuat nama es jelek di Indonesia,” kata Jansen.

Alasan lain untuk tidak menyalahkan es disampaikan oleh Jansen adalah fakta bahwa es dibuat dari air putih yang dibekukan, sementara air putih sendiri tidak berkalori. Sehingga menurutnya konsumsi es saja maupun air putih es tidak akan memengaruhi kenaikan berat badan.

 

Larangan Makan Gorengan?

D Indonesia, gorengan kerap dianggap sebagai musuh besar bagi mereka yang bertekad menurunkan berat badan. Nah, lantas bagaimana dengan Diet Mayo versi Mayo Clinic, bolehkah mengonsumsi gorengan?

Menurut Jansen, salah satu dari kebiasaan yang harus diterapkan dalam Diet Mayo sesuai buku The Mayo Clinic Diet adalah membatasi menu makanan berlemak dan daging-dagingan.

“Boleh-boleh saja, cuma dibatasi. Jangan dimakan berlebihan. Gorengan pun saya makan satu, saya tidak anti tapi menghindari,” kata Jansen berulang-ulang.

Gorengan memang kerap dianggap tak sehat karena disebut-sebut dapat meningkatkan risiko berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung, kolesterol tinggi dan hipertensi. Namun risiko ini bisa dikurangi jika penggunaan minyaknya diperhatikan.

“Jika asumsinya gorengan tersebut menggunakan minyak baru (bukan minyak jelantah), maka menu seperti ayam goreng memiliki kalori sekitar 1,5 kali lebih banyak daripada ayam bakar,” ujar Jansen.

Jansen melanjutkan, makanan sehat bukan berarti hanya makanan yang diolah dengan cara direbus atau dikukus saja. Makanan apapun jika diolah dengan baik dan kita bisa menghilangkan bahan yang membuat makanan tersebut menjadi tak sehat, tentu menjadi sah-sah saja untuk dikonsumsi.

“Misalnya pilih minyak kelapa, jangan margarin. Margarine is not a good substitution. Secara konsistensi dia bisa menggantikan minyak, tapi secara gizi tidak,” lanjutnya.

8 comments

comments user
Essie

Agree!!! Setuju sekali. Saya kebetulan sdh menjalankan hari ke 3 dengan sistem mayo diet, tapi sebelumnya saya observe sana sini. Yg saya ambil eat style nya, tapi untuk garam saya hanya mengurangi bukan meniadakan, dan memang benar saya cek di web mayo clinic nya juga, malahan disitu resep menu harian yang dicontohkan sangat variatif dan tidak se “irit” atau seketat dengan mayo diet versi indonesia, jadi saya putuskan ikuti gaya makannya, namun dipadu dengan arahan gizi yang benar tanpa perlu meniadakan sama sekali. Ini juga saya lakukan bukan untuk langsing, namun setelah operasi usus buntu 3 minggu lalu, saya memutuskan untuk mengubah gaya hidup dimulai dari pola makan dan olahraga…Thanks for this article

    comments user
    Jansen Ongko

    Your welcome Essie. Terima kasih sudah mampir ke situs kami yang sederhana ini 🙂

comments user
Devi Yanti

Terima kasih jansen informasinya….
Kebetulan saya sudah di hr ke 8 mjalani diet mayo dan memang sudah ada turun bb skitar 3 kg…hanya saja sy dapat info ini dr teman dan ala indonesia…setelah saya brow ke mayo clinic.org…tnyata tidak ada larangan tnpa grm…hanya low sodium sj…dan banyak variatif menunya…akhirnya sy pun mggunakan sdikit soy sauce yg low sodium…lumayan lebih enjoy dietnya..terima kasih sekali lagi atas informasinya yg sangat berguna….

    comments user
    Jansen Ongko

    Terima kasih kembali dan sehat selalu untuk Devi ya

comments user
Westri

ijin share ya kak

    comments user
    Jansen Ongko

    Silahkan Westri. Gladly

comments user
dian

Ko,,setelah diet mayo 1bulan berat badanku turun dari 73kg ke 60kg. Aku udah pernah coba diet inih 2x dan berhasil tapi berat badanku gak pernah turun sampe 55kg. Usia aku 23tahun, tinggi badan 160cm. Mohon tips dietnya

    comments user
    Jansen Ongko

    Kamu wajib menyediakan waktu untuk berolahraga kalau masih ingin turun lagi. Dalam 1 bulan turun 13 kg sudah tergolong unsafe dan pastikan next time cuma boleh turun 3-5% dari berat total setiap bulannya. Hati-hati risiko malnutrisi, banyak efek samping yang berbahaya.

Post Comment